Penghijauan Butuh "TRANSPIRASI".

Transpirasi merupakan proses kehilangan air pada tumbuhan, baik berupa cairan maupun uap. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal dari tanaman tersebut dan faktor eksternal dari lingkungan.Faktor internal meliputi penutupan stomata, jumlah dan ukuran stomata, jumlah daun, penggulungan atau pelipatan daun serta kedalaman dan proliferasi akar.Sedangkan faktor eksternal meliputi radiasi matahari, temperatur, kelembaban relatif, angin dan ketersediaan air dalam tanah. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur transpirasi melalui daun tanaman dengan menggunakan metode penimbangan. Praktikum ini menggunakan tiga tanaman yang berbeda struktur daunnya dengan perlakuan yang berbeda pula yaitu tempat yang terbuka dan tertutup. Bahan yang digunakan adalah Rhoeo discolor, Pistia stratiotes, dan Andropogun sp. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa laju transpirasi terbesar terdapat pada tanaman Pistia stratiotes yang diletakkan di luar ruangan sebesar 13,3 g/dm2. Sedangkan laju transpirasi terbesar tumbuhan di tempat gelap 6, 15 g/dm2 juga terdapat pada tanaman Pistia stratiotes.






PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan , kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin) (Dwijoseputro, 1980).
Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi.
            Permasalahan dalam percobaan ini adalah bagaimana mengukur transpirasi melalui daun tanaman dengan menggunakan metode penimbangan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk  mengukur transpirasi melalui daun tanaman dengan menggunakan metode penimbangan.

TINJAUAN
2.1 Pengertian Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata.Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan. Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun. Ada dua tipe transpirasi yaitu :
  1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
  2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata.  Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata (Loveless, 1991).
Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air. (Masdar, 2003)

2.2      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi
Faktor yang mempengaruhi transpirasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal diantaranya adalah :
1)    Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2)    Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3)    Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.
4)    Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5)    Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
(Gardner, et.al., 1991)
Sedangkan faktor eksternal  yang mempengaruhi transpirasi diantaranya :
1) Radiasi matahari. Dari  radiasi matahari  yang  diserap  oleh  daun,  1-5%  digunakan  untuk  fotosintesis  dan  75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
2.)Temperatur. Peningkatan temperatur  meningkatkan  kapasitas  udara  untuk  menyimpan  air,  yang  berarti  tuntutan atmosfer  yang  lebih  besar.
3.) Kelembaban  relatif. Makin  besar  kandungan  air  di  udara, makin  tinggi  Y udara,  yang  berarti  tuntutan  atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan  relatif.
4.)  Angin.  Transpirasi  terjadi  apabila  air  berdifusi  melalui  stomata. Apabila  aliran  udara  (angin) menghembus  udara lembab  di  permukaan daun,  perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat (Tjitrosomo,1985).

4.3 Peranan Transpirasi Bagi Tanaman
Transpirasi itu suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun-daun yang ada di uadara itu suatu kondisi yang menyebabkan penguapan mesti terjadi; penguapan tak mungkin dicegahnya (Dwijoseputro, 1980). 
Transpirasi pada tanaman itu lain daripada transpirasi pada manusia. Pada manusia transpirasi dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit, dimana bukan saja air, melainkan juga zat-zat sampah turut serta dikeluarkan dari badan (Dwijoseputro, 1980). 
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Pula, transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air (Dwijoseputro, 1980). 
Transpirasi dapat membahayakan  tanaman  jika  lengas  tanah  terbatas, penyerapanair  tidak mampu mengimbangi  laju  transpirasi, Ψw  sel  turun, Ψp menurun,  tanaman  layu,layu permanent, mati, hasil  tanaman menurun. Sering  terjadi di daerah kering, perlu  irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan (Salisburi,1992).

4.4 Pengukuran Transpirasi
Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
  1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
  1. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
  1. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
  1. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilagan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung (Loveless, 1991)

METODOLOGI
            Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu Erlenmeyer, Vaseline, selotip, kertas aluminium foil, gelas ukur dan timbangan. Bahan-bahan yang digunakan  dalam praktikum ini adalah Rhoeo discolor, Andropogun sp. dan Pistia sfratiotes.
            Cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama tanaman dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah didisi air sebanyak setengah kapasitasnya melalui lubang pada kertas aluminium foil.Sisa lubang diolesi dengan Vaseline. Diusahakan agar tidak ada penguapan selain transpirasi tanaman. Ditimbang Erlenmeyer dan tanaman dan dicatat berat awalnya. Diletakkan di tempat gelap dan di tempat terang yang terkena cahaya. Ditimbang erlemenyer dan tanaman tiap 15 menit sekali selama satu jam. Setelah penimbangan selesai, diambil tanaman dan diukur luas total daunnya dengan kertas millimeter. Dihitung laju transpirasi dari tiap tanaman dalam mg air/cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Data Pengamatan
Perlakuan
Pengamatan
1.    Dimasukkan tanaman ke dalam erlenmeyer yang telah diisi air sebanyak setengah dari kapasitasnya melalui lubang kertas aluminium foil dan diberi vaselin pada sisa lubang


2.   Ditimbang erlenmeyer beserta tanamannya dan dicatat beratnya












3.    Diletakkan satu erlenmeyer di tempat yang gelap dan satu lagi di tempat yang terpancar cahaya matahari atau tempat terang

4.    Ditimbang kembali gelas-gelas tersebut setia 15 menit selama 1 jam dan dicatat jumlah pengurangan beratnya

5.      Diambil tanaman dan diukur luas total daunnya dari masing-masing tanaman tersebut setelah penimbangan terakhir



6.    Dihitung kecepatan transpirasinya dari masing-masing perlakuan dalam mg air/ dm2 luas daun
Tanaman yang digunakan adalah Andropogun sp.(alang-alang), Rhoe discolor dan Pistia sfratiotes




Berat awal masing-masing tanaman dalam satuan gram adalah sebagai berikut:
a)    Gelap
Andropogun sp = 440
Rhoe discolor = 460
Pistia sfratiotes = 440
b)    Terang
Andropogun sp = 440
Rhoe discolor = 460
Pistia sfratiotes = 44
Tiga erlenmeyer diletakkan di dalam lab sedangkan 3 lainnya diletakkan di bawah cahaya matahari.


Beberapa tanaman mengalami pengurangan jumlah berat tiap bertambahnya waktu tetapi ada pula yang beratnya tetap.

Tanaman yang memiliki luas daun paling besar pada tempat terang adalah Rhoe discoloryakni sebesar 19,4 dm2 sedangkan pada tempat gelap adalah Andropogun sp.19 dm2

Tanaman yang memiliki laju transpirasi paling tinggi adalah Rhoeo discolor pada tempat terang yakni sebesar 13,3 mg/dm2 sedangkan pada tempat  gelap yakni Pistia sfratiotes yakni sebesar 16,5 mg/dm2

Spesies
Berat awal (gr)
Terang
Gelap
Rhoeo discolor
460
460
Pistia stratiotes
440
440
Andropogun sp.
440
440


                                                                    Laju transpirasi =     a    -    b
                                                                                                                                  c
 
 


a    = berat sebelum transpirasi (mg)
b    = berat sesudah transpirasi (mg)
c    = Luas permukaan daun (dm2)

Berat akhir (gr)
Rhoeo discolor
Menit ke-
Gelap
Terang
15 menit
440
420
30 menit
430
410
45 menit
420
410
60 menit
410
400
Pistia stratiotes
15 menit
435
430
30 menit
420
420
45 menit
410
400
60 menit
400
400
Andropogun sp
15 menit
420
420
30 menit
420
410
45 menit
420
410
60 menit
410
400

Berat awal- berat akhir (gr)
Rhoeo discolor
Menit ke-
Gelap
Terang
15 menit
20
40
30 menit
30
50
45 menit
40
50
60 menit
50
60
Pistia stratiotes
15 menit
5
10
30 menit
20
20
45 menit
30
40
60 menit
40
40
Andropogun sp
15 menit
20
20
30 menit
20
30
45 menit
20
30
60 menit
30
40

Spesies
Luas Daun (dm2)
Gelap
Terang
Rhoeo discolor
10,7
19,4
Pistia stratiotes
6,5
3
Andropogun sp.
19
17,3

Laju transpirasi
Rhoeo discolor
Menit ke-
Gelap
Terang
15 menit
1,86
2,06
30 menit
2,80
2,57
45 menit
3,73
2,57
60 menit
4,67
3,09
Pistia stratiotes
15 menit
0,76
3,33
30 menit
3,07
6,66
45 menit
4,61
13,3
60 menit
6,15
13,3
Andropogun sp.
15 menit
1,05
1,15
30 menit
1,05
1,73
45 menit
1,05
1,73
60 menit
1,57
2,31
Grafik Perbandingan Laju Transpirasi

4.2 Pembahasan
Praktikum transpirasi ini bertujuan untuk mengukur laju transpirasi melalui daun tanaman dengan metode penimbangan. Metode tersebut digunakan karena dianggap paling efektif dan memungkinkan dilakukan untuk tanaman yang kecil dan cukup menggunakan Erlenmeyer, sehingga pengukuran laju transpirasi dapat dilakukan pada skala laboratorium.
Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi.Ada dua tipe transpirasi, yaitu transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
Langkah pertama yang dilakukan adalah 3 spesimen tanaman diambil dengan jumlah helai daun sama pada masing-masing spesies. Spesimen yang digunakan adalah Rhoeo discolor, Pistia stratiotes, dan Andropogun sp. Ketiga tanaman tersebut dipilih karena memiliki morfologi daun yang berbeda. Misalnya pada Rhoeo discolor  memiliki daun berbentuk seperti pita yang tidak terlalu lebar dan juga tidak terlalu lebar, sedangkan Pistia stratiotes  memiliki daun berbentuk membulat yang lebar, dan Andropogun sp.  memiliki daun berbentuk pita yang sempit dan panjang. Dari perbedaan tersebut akan didapatkan luas daun yang berbeda pula. Luas daun yang berbeda tersebut akan mempengaruhi laju transpirasi pada masing-masing spesies. Pada tiap-tiap spesies dipilih yang memiliki jumlah helai daun yang sama agar memperkecil perbedaan luas daun pada spesies yang sama, sehingga 2 individu tersebut dapat dianalogkan memiliki kondisi morfologi yang sama. Selain perbedaan morfologis di atas, pemilihan tanaman juga didasarkan pada perbedaan habitatnya. Tumbuhan yang dipilih masing-masing mewakili habitat yang berbeda. Rhoeo discolor mewakili jenis tumbuhan higroskopis yaitu tumbuhan yang hidup di daerah lembab, Pistia stratiotes mewakili jenis tumbuhan hidroskopis yaitu tumbuhan yang habitatnya di air sedangkan Andropogun sp. mewakili tumbuhan yang hidup di tanah yang relatif kering.Setelah itu, tanaman dimasukkan ke dalam 6 erlenmeyer yang telah diisi air kran  kurang lebih sebanyak 250 ml, ditutup dengan alumunium foil dan diberi vaselin pada sisa lubang. Penutupan dengan aluminium foil bertujuan agar tidak ada faktor lingkungan selain cahaya yang mempengaruhi proses transpirasi, dan juga untuk meningkatkan suhu dalam Erlenmeyer sehingga mempercepat laju transpirasi. Sisa lubang ditutup dengan vaselin agar kondisi di dalam Erlenmeyer benar-benar terisolir dari kondisi luar sehingga tidak terjadi penguapan air selain melalui tanaman percobaan. Tanaman beserta gelas ditimbang dan dicatat berapa berat awalnya, penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat awal tanaman, sehingga dapat dibandingkan berat sebelum dan sesudah terjadi transpirasi sehingga diketahui berat air yang menguap.
Kemudian 3 gelas Erlenmeyer diletakkan di ruang gelap dan 3 erlenmeyer diletakkan di ruang terang. Hal ini bertujuan untuk membandingkan laju transpirasi yang terjadi pada ruang gelap dan ruang terang dengan pengaruh cahaya dan suhu. Setelah itu, tanaman kembali ditimbang tiap 15 menit selama 1 jam dan dicatat jumlah pengurangan beratnya sehingga diketahui besar penguapan dan laju reaksi tiap 15 menit selama 1 jam. Setelah penimbangan terakhir, diukur luas total daun dari masing-masing tanaman, dan dihitung laju transpirasinya. Luas daun diukur dengan menggambar di kertas millimeter blok agar diketahui pengaruh luas daun dengan laju transpirasi.
Laju transpirasi dapat dihitung dengan rumus:
V =      berat awal – berat akhir
            Luas total daun
Sehingga didapatkan hasil seperti pada tabel di atas.
Hasil praktikum laju transpirasi pada Rhoeo discolor pada tempat terang menit ke-15 sampai ke-60 yaitu, menit ke-15 2,06 mg/dm2, menit ke-30 dan menit ke-40 2,57 gr/dm2, ke-60 3,09 gr/dm2. Pada tempat gelap laju transpirasi pada menit ke-15 1,86 menit ke-30 2,80 gr/dm2, menit ke-45 3,73 mg/dm2 menit ke-60 4,67 gr/dm2.
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa laju transpirasi pada tempat gelap lebih besar, secara teori seharusnya pada tempat terang lebih tinggi daripada laju transpirasi pada tempat terang. Hal ini karena transpirasi dipengaruhi beberapa faktor antara lain cahaya. Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap membuka dan menutupnya stomata. (Wardiana, 2008).
Laju transpirasi Pistia sfratiotes pada tempat gelap, pada menit ke-15 0,76 gr/dm2, menit ke-30 3,07gr/dm2, menit ke-45 4,61 gr/dm2 dan menit ke-60 6,15 gr/dm2. Pada tempat terang laju transpirasi pada menit ke-15 3,33 gr/dm2, menit ke-30 6,66 gr/dm2, menit ke-45 dan ke-60 13,3 gr/dm2.
Hasil menunjukkan bahwa laju transpirasinya rata-rata lebih tinggi pada tempat terang daripada tempat gelap. Hal ini sesuai dengan teori bahwa transpirasi dipengaruhi oleh cahaya.
Laju transpirasi Andropogun sp. pada tempat gelap antara lain pada menit ke-15, menit 30 dan menit 45 adalah 1,05 gr/dm2 sedangkan menit ke-60 1,57 gr/dm2. Pada tempat terang laju transpirasi menit ke-15 1,15 gr/dm2, pada menit ke-30 dan menit ke-45 1,73 gr/dm2, dan pada menit ke-60 laju transpirasinya 2,31 gr/dm2.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa laju transpirasi pada tempat terang lebih tinggi daripada tempat gelap karena faktor cahaya. Hasil tersebut juga sesuai dengan teori menurut Wardiana.
Dari hasil yang didapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa laju transpirasi yang paling cepat adalah tanaman yang berada di tempat terang, kecuali pada tanaman Rhoeo discolor. Hal itu karena mungkin terjadi kesalahan dalam penimbangan atau bisa juga karena tanaman mengalami transpirasi secara lambat. Begitu juga pada tanaman Pistia sp. transpirasi di tempat gelap sedikit lebih cepat daripada di tempat terang karena Pistia sp. memiliki permukaan daun yang lebih sempit sehingga menurunkan laju transpirasi dan juga memiliki banyak bulu di permukaan atas daun yang menutupi stomata sehingga transpirasi terhambat. Demikian pula pada Andropogun sp. daunnya yang memanjang membuat daun itu lebih sulit terpapar cahaya matahari sehingga peningkatan suhu daun tidak signifikan,otomatis laju transpirasinya di tempat terang tidak begitu tinggi.
Rata-rata laju transpirasi Andropogun sp. pada tempat gelap dan terang yang paling tinggi karena jumlah daun yang digunakan paling banyak yaitu 12 daun sehingga laju transpirasinya tinggi, selain itu juga karena daunnya tipis dibandingkan dengan Pistia sfratiotes dan Rhoeo discolor sehingga hambatan untuk transpirasi lebih kecil dan laju transpirasinya semakin tinggi.
.Transpirasi berlangsung lebih cepat pada tempat terang . Selain itu di tempat terang kelembapan lebih rendah sehingga terjadi difusi air ke lingkungan karena konsentrasi uap air di dalam sel penjaga lebih besar daripada lingkungan. Berdasarkan teori perubahan pati-gula,di tempat terang fotosintesis lebih optimal sehingga karbondioksida banyak yang amsuk ke kloroplas sehingga ruang interseluler miskin karbondioksida.Hal ini membuat ph naik jadi 7 sehingga pati diubah jadi gula sederhana .Gula ini akan masuk ke sel penjaga sehingga konsentrasi didalam sel penjaga lebih tinggi daripada luar dan terjadi endoosmosis ,masuknya air ke sel penjaga. Vakuola sel penjaga terisi penuh dengan air sehingga tekanan turgor naik dan mendesak tonoplas kearah dinding sel sehingga stomata membuka.Dengan ini transpirasi berlangsung lebih giat pada tempat terang (Salisburi,1992).

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa laju transpirasi terbesar terdapat pada tumbuhan yang diletakkan di luar ruangan Andropogun sebesar 3,13 g/dm2.Sedangkan laju transpirasi terbesar tumbuhan di tempat gelap pada tanaman Pistia stratiotes 6,15 g/dm2.Laju transpirasi dipengaruhi faktor, baik faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik tersebut antara lain kelembaban udara, suhu, kecepatan angin, cahaya, tekanan udara, ketersediaan air tanah dan debu. Sedangkan faktor intrinsik antara lain stomata: jumlah per satuan luas, letak stomata (permukaan bawah atau atas daun, timbul/tenggelam), waktu bukaan stomata dan daun: luas, tebal, berbulu/tidak, ada tidaknya lapisan lilin, warna daun (kandungan klorofil daun), posisinya menghadap matahari secara langsung atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro . 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Penerbit PT. Gramedia : Jakarta
Gardner, F.P.R.1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Loveless, A.R . 1991 . Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah TropikPenerbit PT. Gramedia : Jakarta
Salisbury, F.B. and C.W.Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition.Wadsworth Publishing Co. Belmount : California
Tjitrosomo,S.S.1985. Botani Umum 2. Angkasa : Bandung

Artikel Terkait



Terima kasih atas kunjungannya, semoga selamanya dapat berbagi informasi.

Tertawa dan Menangis

Tertawa dan menangis merupakan bagian dari spektrum emosi yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, yang meliputi kesedihan, kegembiraan, kekagetan, ketakutan, cinta kasih, kebencian, dan kemarahan. Ekspresi diri tidak hanya berwujud gerakan, tetapi juga berupa berbagai reaksi emosional yang bermacam-macam itu. Hanya saja ada yang pelit, ada yang boros tertawa. Tetapi jangan pelit-pelit karena tertawa dan menangis bermanfaat bagi kesehatan. 1. Tertawa bisa melatih organ-organ tubuh. Tertawa terpingkal-pingkal akan menggoyang-goyangkan otot perut, dada, bahu, serta pernapasan, sehingga membuat tubuh seakan-akan sedang joging di tempat. Tertawa-terbahak-bahak selama satu menit sama dengan 45 menit olahraga yang mengeluarkan keringat. Bahkan, tertawa selama 20 detik efeknya sama seperti tiga menit mendayung atau joging pada kerja jantung. Sekitar 80 otot digunakan ketika kita tertawa sempurna sampai terpingkal-pingkal. Getaran yang dihasilkan membuat jantung berdegub lebih kencang, tekanan darah dan tingkat oksigen dalam darah yang dihasilkan naik bersamaan dengan akselerasi pernapasan. Sesudah tertawa demikian tubuh terasa rileks dan tenang, sama seperti orang habis berolahraga. 2. Tertawa akan menggerakkan Organ tubuh bagian dalam seperti diafragma torak, jantung, paru-paru, perut, dan membantu mengusir zat-zat asing dari saluran pernapasan.dengan mengaktifkan sistem endokrin sehingga mendorong penyembuhan suatu penyakit. Di samping itu tertawa sangat ampuh untuk meringankan sakit kepala, sakit pinggang, dan depresi. 3. Tertawa akan merangsang otak untuk memproduksi hormon tertentu yang pada akhirnya akan memicu pelepasan endorfin (zat pembunuh rasa sakit) yang diproduksi oleh tubuh. 4. Tertawa bisa membantu mereka yang sudah tua renta untuk tetap awet tua, sementara yang muda tetap awet muda, serta mempererat hubungan antara anggota keluarga. 5. Menangis akan menambah jumlah detak jantung karena melatih diafragma, otot dada dan pundak. 6. Air mata mengandung 25 % dari protein dan sebagian mineral, khususnya magnesium yang sarat dengan racun yang bisa dibuang. Di luar negeri, saat ini klub tertawa sudah menjamur. Di Amerika Serikat dan Kanada, sedikitnya ada 300-an klub tertawa. Juga sudah ada di beberapa kota di Indonesia. Namun diingatkan, "Kalau seseorang tertawa pada proporsi yang benar, itu artinya sehat, tapi kalau terlalu banyak ketawa, justru sebaliknya." Makanya, sering-seringlah tertawa demi kesehatan jiwa dan raga. Mumpung tertawa belum kena pajak.